Minggu, 29 Juni 2008

Tawakkalkan cintamu yang terjatuh

Tawakkalkan cintamu yang terjatuh

Jatuh cinta itu ajaib. Walaupun sepertinya “jatuh cinta” itu tidak sebaik “bangkit cinta, tapi “jatuh cinta” itu bisa sangat selaras dengan “bangkit cinta”. Hei, kenapa harus jatuh? Jawabnya : karena engkau harus bangkit. Siapa pun akan lebih mudah untuk bangkit, ketika sudah pernah terjatuh.

Tapi sahabatku, kalau jatuh melulu terhadap cintamu itu, maka kau telah salah jatuh. Salah tersungkur. Engkau hanya patut menjatuhkan dirimu pada Allah SWT, sehingga kekuatanmu untuk bangkit jauh lebih murni, mesra, dan harmonis dengan semesta, terutama dengan Sang Pencipta.

Jatuh itu lebih positif ketika kau sedang melangkah ke depan. Sebab jatuhmu relatif menuju ke depan. Artinya, ada kemajuan. Jangan jatuh dalam keadaan diam, apalagi tatkala melangkah mundur. Biasanya jatuhmu pun ke belakang, terjungkal, tidak ada kemajuan, bahkan luka kepala bagian belakang, mungkin saja berakibat kematian. Akhirnya wassalam.

Cinta yang dipendam itu mirip dengan kematian, minimal pingsan, atau terlalu lama ketiduran. Perlu dibantu oksigen murni untuk bangkit. Motivasi dari semesta Al-Quran, melodi suci kehidupan. Walau sekedar bangkit tuk membuktikan satu kata penolakan. Tapi setidaknya, kejelasan arah asmara, lebih berkiblat, bila terdendang “ya atau tidak, itu saja”.

Begitulah manusia, dalam kelabilannya seringkali malah ingin menambah labil hidupnya. Rupanya, makin labil makin asyik, sebab makin memahami kestabilan. Lepas dari itu, ada satu cinta yang jika engkau tulus membuktikannya, jawabannya pasti positif. Cintailah Allah dan Rosul-Nya. Tulus dan murni, tanpa justifikasi sesama. Ingat, jatah syurga dan neraka masih rahasia di balik ketentuan-Nya yang tegas sempurna. Tidak perlu saling menyalahkan, apalagi atas nama cinta.

Sebagai koreksi sang hati, mungkin jika saat ini ada di antaramu yang terkena visus merah jambu, lalu terjangkit demam cinta, batuk asmara, merinding dan meradang; berarti mungkin saja cintamu pada-Nya belum paripurna, cintamu pada rosul-Nya belum sedalam lautan angkasa. Jangan pendam cintamu, jangan padamkan energimu. Curahkan saja tanpa malu, kepada-Nya, Zat Penguasa Cinta, pencipta sang pangeran cinta.

Hei, bukan tidak boleh jatuh cinta pada libido asmara, dan pada keinginanmu menghargai ciptaan-Nya yang indah menawan, membuat bunga di jantungmu. Asalkan nafsu itu tersyari’atkan, filter di kerajaan Tuhan.


Sehingga waspadalah
, jika cintamu langsung horizontal, maka kefanaannya kilat dan kehancurannya dekat. Itu sebabnya hadirkanlah cinta yang vertikal, transedental, pasti jauh lebih maksimal. Biarkan cintamu tersaring di ‘Arsy-Nya yang tinggi, bersama syariat Ilahi, agar yang terdistribusi ke bumi tinggal cinta yang murni, lebih mengabadi dan suci.


Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).

{TERJEMAHAN DATA SUCI Q.S. Al-Baqoroh (2) : 165}

Tidak ada komentar: